Rabu, 23 Mei 2012

Sepengal kayu yang Patah


              Perjalanan alam mimpi ku yang terkesan nyata. Ku berjalan seperti di tengah sawah, ku merasa bukan sedang di tengah sawah melainkan di dekat kolam renang, di sebuah tempat yang aku sendiri tidak paham apa itu. Maksut dalam hati ku ingin melihat lebih jauh apa yang ada dalam tempat itu. Hingga aku sampai pada pijakan tempat yang lebih tinggi, setengah kagum aku mengintip tempat kolam renang itu, karena tempat nya terhalang dinding yang tak seberapa tinggi, tapi nyatanya saat ku dekati dinding itu lebih tinggi dari aku. Susah payah ku mengartikan apa yang aku liat. Sebuah tempat berbentuk bulat berair terlihat biru dan jernih. Sambil terus melihat aku berteriak memanggil adik ku, dalam teriakan ku bilang kalau dalam kolam itu pasti airnya segar.

             Tapi saat aku menoleh ke belakang, aku tak melihat adik ku mendekat. Tapi dia lebih dulu masuk dalam air kolam itu, dan kulihat kolam renang yang tadinya bersumber air telah berhenti. Yang semula berair biru dan jernih, kini hanya berubah menjadi genangan air seperti di sawah, tapi terlihat jelas dalam air itu ada ikan besar. Akupun masih terpana tak mengerti berdiri di tempat yang sama. Namun yang ku lihat telah berubah.
               Dalam hati ku apa ngak takut ikan itu mengigitnya atau bisa dibilang memakan dia. Saat aku dekati air genangan itu seperti air berlumpur yang telah mengendap, hingga terlihat jernih. Aku pun masih tetap sama berdiri di tempat yang sama. Beribu pertanyaan dalam hati, rasa ingin berenang tadi kini lenyap kala aku melihat air dengan isi terlihat aneh di dalam air. Meski melihat tidak seberapa jauh namun semua terlihat jelas. Belum terjawap pertanyaan yang tadi ku lewati, kini aku sudah berada di tempat yang berbeda.

       Ku melihat banyak orang di sana, tempatnya rapuh karena dinding di sana sini telah terkelupas, dan terlihat merah kekunig-kuningan karena semen dindingnya telah rontok. Tapi masih terlihat kokoh dengan dinding-dinding yang tinggi seperti dalam masjid. Dalam penasaran pandangan mataku terus berjalan hingga pandangan mata ku melihat sesuatu kilap yang belum pernah ku lihat. Papan nama masjid, berwarna kuning emas, mengkilap seperti sangat terawat. Tapi entah kenapa dorongan dalam hati ingin melihat apa yang tertulis dalam papan itu aku urungkan.

               Akupun terus menyapu rasa penasaran ku dengan pandangan ku. Aku perhatikan dengan seksama jelas tanpa halangan apapun dan tak ada kesukaran untuk melihat. Seperti mau shalat wanita-wanita itu memakai jubah bercadar, dengan warna sama unggu mengkilap, dan tepat di bawah dagunya berwarna emas. Aku liat salah satu wanita itu melepas cadarnya. Meski cahaya dalam masjid terkesan temeram tapi terlihat jelas dia sangat cantik. Karena aku duduk tak jauh dari para wanita itu, tapi seolah mereka tidak melihat ku, bahkan tak terusik dengan keberadaan ku. Saat pikiran ku masih dalam keheranan, ku lihat lantai masjid itu terbuat dari batang kayu yang masih  utuh bulat, yang dirangkai tapi tidak rapat. Dalam hati ku 'apa kalau sujud ngak sakit'. Masih dalam pegangan ku, kayu untuk lantai itu ada salah satunya patah, tapi di mana patahanya! entah kenapa dalam hati harus aku yang menemukan patahan itu.

          Nyaring pun aku dengar seseorang sedang membicarakan sesuatu. Aku melihat seorang bapak sedang bicara dengan kiayi dari masjid itu, dengan tegas kiayi itu bilang, Iklaskan saja karena itu sudah digariskan-Nya. tak mengerti dengan apa yang dibicarakan orang-orang itu, aku pun sudah berdiri di tempat yang lain lagi. Aku melihat seorang wanita di culik dua orang laki-laki, dengan sebuah mobil di pinggir jalan. Tapi kena wanita itu sama sekali tidak melawan.

          Dan di tempat lain aku melihat seorang laki-laki dengan seorang wanita sedang bercanda. Melihat laki-laki itu masih memakai baju muslim dengan songkok, begitu juga dengan wanita yang besamanya masih berjilbab, kelihatanya laki-laki itu sangat menyayanginya, tapi entah kenapa aku seolah bisa merasakan kalau laki-laki itu mencintai wanita lain dalam hatinya, tapi kenapa dia lebih memilih wanita yang bersamanya???



                         Aku capek bangun tidur,akupun kesiangan rezeki subuh ku telah hilang
                                                       Astaqfirullah halazim




1 komentar:

  1. Ini hanya mimpi, kita tidaklah pantas mengartikanya., ambil baiknya dan buang yana buruk

    BalasHapus