Sabtu, 26 Mei 2012

Tentang Diri Ku


         Aku bukan manusia yang sempurna, apa lagi istimewa. Tak ada yang bisa di banggakan dari diri ini. Hanya ingin lebih baik dan lebih baik lagi. Singkat cerita hidup keluarga ku bisa di bilang pas-pasan. Ada rasa bangga tersendiri ketika ingat mendiang bapak ku, orang sabar dan ulet. Tidak gampang menyerah meski berbagai cobaan dan rintangan menghalangi. Beliau tetap optimis demi menghidupi dan memberi kehidupan yang cukup untuk anak-anaknya. Hari berganti hari, bulan dan tahun pun berlalu. Tanpa menghiraukan keadaan dan kondisi tubuh yang terlalu capek dan butuh istirahat.

        Kini kondisinya semakin lemah hingga akhirnya jatuh sakit. Begitu sayangnya Allah pada bapak ku, hingga diambilah dia dari sisi keluarga ku. Keluarga ku telah kehilangan sebelah kaki untuk bertahan, beban ibu semakin berat tanpa bapak. Hari demi hari terlalui bulan tahun pun berlalu, ibu terus berjuang, berkerja keras demi mencukupi kebutuhan penghidupan anak-anaknya. Memiliki lima anak yang masih kecil dan butuh biaya untuk kehidupan sehari-hari dan sekolah. Ibu terus bekerja semampunya hingga badan pun lebih terlihat tua di makan usia. Ada rasa bahagia dan sedih ketika menatap sang ibu. Adakah aku bisa buatnya tersenyum bahagia suatu saat nanti? meringankan beban-beban berat yang di pikul dipundaknya, membiarkan tersenyum di istirahatnya. Dalam do'a tertanam harapan semoga Ya-Robb selalu menyayanginya.


        Tahun demi tahun berlalu kini anak-anaknya telah beranjak dewasa. Telah mampu memilih jalan penghidupan masing-masing, semakin jarang kini dapat bertemu dan bercanda satu atap. Namun do'a ibu selalu menjadi kekuatan yang tak pernah putus sepanjang perjalanan hidup. Do'a tulus dan harapanya mampu meneteskan air mata saat hati gersang. Ingin jika dekat ku gengam erat tangan kasarnya, dan ku sentuh lembut pundak ringkih yang telah sepanjang hidupnya memikul penghidupan kami. Kasih sayang dan pengorbanannya tak terbalaskan. Sepanjang teringat semakin deras tetesan air mata ini mengalir, menjadi do'a yang tulus dari lubuk hati pada Sang Robb.


        Kini beliau telah miliki dua cucu, tersirat rasa bahagia dari sorot matanya ketika melihat cucu-cucunya mengelayut manja di pundak nya. Dicium dengan gemas meski sang cucu mencoba menolak dan berlari menghindar dari peluk neneknya. Ibu telah terbiasa terlatih dengan kehidupan keras, Tak pernah lelah apalagi malas. ibu memang bukan orang yang pandai dalam hal agama. Tapi beliau telah berhasil mendidik anak-anaknya menjadi orang yang sabar dan nrimo, meski dengan air mata dan cibiran. Kini hidupnya menunggu senja, tak lagi sekuat yang dulu.


        Dalam diamnya ada harapan, dalam pikiranya ada yang terbaik, dan dalam hatinya ada do'a. Sepengal dari sepanjang jalan bunda.




Teruntuk 'Bunda ku" tersayang





Jumat, 25 Mei 2012

Cinta Ku


Kehadiran mu tak pernah ku impikan
Tak pernah ku harapkan
Selalu saja mengangu
Selalu saja tergetar

Tak ingin ku pungkiri
Tak mau ikuti
Kehadiran mu bawa sejuta mimpi
Tapi...
Tak ku sadari,
Terlena sudah dalam pikat katamu
Perlahan tapi pasti, kini engkau terpatri dalam "Separuh Hati"

Sebak terasa hati, seolah aku tak mengerti siapa sebenarnya diri ini. Begitu banyak jalan yang telah ku lalui, tapi tak seberat kali ini. Berdiri di persimpangan jalan, takut rasa ingin memilih. Membiarkan diri bergenang air mata tanpa keputusan yang pasti. Sekian hari jiwa terpaku di sini, berkawan sedih dan sunyi. Sebait kisah ku, secuil harapan hidup ku. Tak kan kubiarkan hati ini merana dengan semua yang terjadi.

Kini ku tak lagi sendiri, telah aku temukan setitik cahaya dalam gelapnya hati.
"Prul..!' kata pertama kali terucap saat aku telp dia
Aku yakin mungkin hanya aku saja yang berani memangil dia dengan pangilan itu, sebenarnya bukan niat ku ciptakan pangilan itu. Tapi hanya karena namanya Syahrul lalu ku panggil Rul. Pelan tapi pasti lidah ini mulai lemas dengan panggilan Prul.

"Nama yang bagus" kata ku dalam hati
Kini nama itu benar-benar memenuhi ruang hati, mengalir memenuhi tiap celah. Tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Pertama lihat profilnya, rasa itu ada begitu dekat hati tapi logika ini berjalan, aku tak mengenalnya bahkan umurnya pun lebih muda beberapa tahun dari ku. Ku tepis rasa itu jauh-jauh, terkubur bersama bisik hati yang entah dari mana datangnya.
" Makasih ea " kata ku dalam tag fotonya
Tak ada rasa istimewa dari pertemanan itu, semua berjalan apa adanya. Bagi ku Face Book hanya pelampiasan, aku hanya butuh teman utuk melepas pikiran jenuh. Tak terbesit Untuk miliki sesuatu istimewa di dunia maya. Aku cukup tau diri dengan keadaan ku saat ini, apalagi untuk menyakiti perasaan orang lain. Itu yang selalu ku jaga dan cam kan baik-baik dalam gerak langkah ku.

Bercanda bagi ku biasa asal tetap dalam batasan,
" jo nakal nakal to dhek..!" kataku saat dia mulai merayu
Tapi entah kenapa dia tak ingin mengangap aku ini sebagai kakak nya. Masih saja dia mendekati. Dan selalu  saja dia datang dengan kata merayu. Bukan hati ini mulai terusik tapi aku sunguh-sunguh tak ingin menyakitinya. Ku katakan jujur apa adanya keadaan sebenarnya diri ini.


Tak dapat dipungkiri, kini rasa itu hadir mengusik kegalauan hati. Ada rasa percaya dan tidak, percaya dengan apa yang kini terasakan atau tidak percaya karena luka hati yang masih menganga. Kadang kala hati kecilpun masih terusik, adakah manusia ini yang mau menerima seseorang dan menyayangi setulus hati, seperti menyayangi diri nya sendiri !.


Masih terasa dan tak pernah hilang diri takut dilukai, entah sampai kapan rasa itu kan tetap ada, dan terus mengikis kepercayaan hati. Kau hadir dalam gelap, kan selalu ada dalam tiap do'a. "Tolong bukakan tabir yang menutupi cahaya hati !.
Hingga tak ada lagi rasa takut menatap indah cinta. Buat ku percaya dan tak kan rapuh dengan apa yang engkau beri.




Kegalauan hadir saat mulai menulis '
Rasa iba pun turut mewarenai,
meski hati penuh dengan..
Rasa bimbang
tapi...
Ku sereahkan pada Ilahi Robb
yang maha mengetahui apa yang terbaik
untuk hamba-hambanya"
Insyaallah.




Teruntuk yang  tersayang "Syaifudin Zuhri'





Abu-abu perjalanan tanpa Tujuan


"Asik sebentar lagi aku finis" pekik ku dalam hati
        Rasa bahagia jelas terasa dalam lubuk hati, pancaran mata pun terasa ringan. Hari pun berlalu tanpa terasa, tanggung jawab pekerjaan yang berat kini terasa ringan tanpa beban. Satu minggu lagi semua ini sudah selesai, sambil melamun pikiran pun terus berjalan kesana ke mari mengatur rencana untuk liburan panjang yang akan datang.,
ting tong'ting tong "Suaranya membuat ku terkejut, dan spontan langsung lari menghampiri pintu
'Clek pintu terbuka, hehehehe ternyata tuyul ku pulang bersama si mbok, dengan senyum yang siap seperti pak polisi aku pun menyapa " fan lei lah' (dah pulang toh), dengan lemas seperti ngak punya tenaga my tuyul pun nylonog 'hu kui a...( capek aa) hou dong o a (lapar a )

Seperti biasa pekerjaan pun rampung. Singkat cerita my Employer memang orang nya simpel meski agak cerewet. Si mbok orangnya pendiam, yang penting semua beres dan ngak pakek teriak ini itu. Tapi my Pak orang nya cerewet tapi pengecut, giliran kalau berdebat dengan ku aksi bisupun mulai tercipta, akupun tak mau kalah.
 'Kalau ngak nanya, takan ku sapa meski lewat seribu kali di depan ku " pikir ku dalam kejengkelan
Biar pun Si pak orangnya begitu tapi sebenarnya orang nya baik, kalau dengar aku sedikit batuk, langsung nyuruh Si mbok ngantar aku ke dokter. " Wah payah obat lagi.. obat lagi !" sambil ku tepuk tetuk jidat ku.

Waktu yang di tunggu pun telah tiba, semua barang-barang pun telah ku kemas rapi dalam koper, tak lupa seisi kamar pun telah kubersihkan. Bak seekor burung yang mau di lepas dari kurungan, semua serasa seperti mimpi aku finis tanpa halangan yang berarti. " Kamar penuh kenangan..' dengus ku dalam hati
Ku pandang lekat-lekat tiap inci sudut kamar,  seolah sedang ku bidik dalam memori ingatan. Perlahan ku seret koper keluar dekat pintu. Si mbok pun telah siap bersama my tuyul di ruang tamu.

"Dhai-dhai ngo cau lah..(mbok aku mau pergi) " Sambil berjalan ku mendekat
"O lei siu sam tia a, mou em kei tak ta pei ngo a..(iya, kamu hati-hati, jangan lupa kasih kabar ya) "kata Si mbok sambil berjabat tangan.
"Cai cece cau lah, dheng mami wa, ci em ci a ?..(..mbak pergi ya, harus nurut sama ibuk, ngerti ngak..?) kata ku sambil memandang wajah marmut my tuyul.

" Cece hoi pin a ?..(mbak mau kemana ?) katanya sambil meluk memelas
Belum sempat ku jawap Si mbok telah lebih dulu menjawap "...Cece you co ye a ! (mbak mau kerja) kata si mbok sambil merayu my tuyul, karena my tuyul merengek mau ikut.

" tai yat cece lai lito dam lei hou mou ah? (lain kali mbak ke sini menjenguk kamu ya..?)' kata ku sambil tersenyum melihat wajah marmut My tuyul
" hou, dodo wui cip lei hou mou ah! ( Iya, Dodo akan menjemput mu ya) !" kata my tuyul dengan keangunan  lucu nya.
Dengan tersenyum serenyah krupuk' aku pun segera berlalu sambil melambaikan tangan
" Dha dha..," kataku sambil berlalu

Inilah saat terakir aku melihat wajah marmut yang nakal selama dua tahun aku asuh, ada perasaan sedih, dan perasaan takut tidak melihatnya lagi. Campur aduk perasaan ku hari ini. Senang karena yang aku harapkan terwujud dan sedih dengan apa yang telah lama ku kerjakan dengan sabar harus aku tinggalkan sekarang.
Dalam hati yang tak menentu, terucap rasa syukur sebagai pelengkap kebahagiaan yang aku dapat. Begitu indah perjalanan hidup ini, dengan nikmat yang tak terukur.

Perjalanan dua tahun kini seperti sebuah cerita. Tak ingin tertutup apa lagi terlupakan. Kan menjadi pelajaran dan guru yang paling sejati dalam sejarah perjalanan hidup ini. Hari esok telah menanti, libur panjang pun telah menyambut. Tapi saat ini suasana hati sedang tak ingin terusik, kemelut yang terjadi membuat pikir ku terkuras. Aku butuhkan sesuatu yang dapat buat ku terus semangat. Seperti berputar-putar dalam satu tempat tak dapat ku temukan celah apapun. Semakin jauh aku berjalan, semakin gelap jalan yang ku temui.




Rabu, 23 Mei 2012

Sepengal kayu yang Patah


              Perjalanan alam mimpi ku yang terkesan nyata. Ku berjalan seperti di tengah sawah, ku merasa bukan sedang di tengah sawah melainkan di dekat kolam renang, di sebuah tempat yang aku sendiri tidak paham apa itu. Maksut dalam hati ku ingin melihat lebih jauh apa yang ada dalam tempat itu. Hingga aku sampai pada pijakan tempat yang lebih tinggi, setengah kagum aku mengintip tempat kolam renang itu, karena tempat nya terhalang dinding yang tak seberapa tinggi, tapi nyatanya saat ku dekati dinding itu lebih tinggi dari aku. Susah payah ku mengartikan apa yang aku liat. Sebuah tempat berbentuk bulat berair terlihat biru dan jernih. Sambil terus melihat aku berteriak memanggil adik ku, dalam teriakan ku bilang kalau dalam kolam itu pasti airnya segar.

             Tapi saat aku menoleh ke belakang, aku tak melihat adik ku mendekat. Tapi dia lebih dulu masuk dalam air kolam itu, dan kulihat kolam renang yang tadinya bersumber air telah berhenti. Yang semula berair biru dan jernih, kini hanya berubah menjadi genangan air seperti di sawah, tapi terlihat jelas dalam air itu ada ikan besar. Akupun masih terpana tak mengerti berdiri di tempat yang sama. Namun yang ku lihat telah berubah.
               Dalam hati ku apa ngak takut ikan itu mengigitnya atau bisa dibilang memakan dia. Saat aku dekati air genangan itu seperti air berlumpur yang telah mengendap, hingga terlihat jernih. Aku pun masih tetap sama berdiri di tempat yang sama. Beribu pertanyaan dalam hati, rasa ingin berenang tadi kini lenyap kala aku melihat air dengan isi terlihat aneh di dalam air. Meski melihat tidak seberapa jauh namun semua terlihat jelas. Belum terjawap pertanyaan yang tadi ku lewati, kini aku sudah berada di tempat yang berbeda.

       Ku melihat banyak orang di sana, tempatnya rapuh karena dinding di sana sini telah terkelupas, dan terlihat merah kekunig-kuningan karena semen dindingnya telah rontok. Tapi masih terlihat kokoh dengan dinding-dinding yang tinggi seperti dalam masjid. Dalam penasaran pandangan mataku terus berjalan hingga pandangan mata ku melihat sesuatu kilap yang belum pernah ku lihat. Papan nama masjid, berwarna kuning emas, mengkilap seperti sangat terawat. Tapi entah kenapa dorongan dalam hati ingin melihat apa yang tertulis dalam papan itu aku urungkan.

               Akupun terus menyapu rasa penasaran ku dengan pandangan ku. Aku perhatikan dengan seksama jelas tanpa halangan apapun dan tak ada kesukaran untuk melihat. Seperti mau shalat wanita-wanita itu memakai jubah bercadar, dengan warna sama unggu mengkilap, dan tepat di bawah dagunya berwarna emas. Aku liat salah satu wanita itu melepas cadarnya. Meski cahaya dalam masjid terkesan temeram tapi terlihat jelas dia sangat cantik. Karena aku duduk tak jauh dari para wanita itu, tapi seolah mereka tidak melihat ku, bahkan tak terusik dengan keberadaan ku. Saat pikiran ku masih dalam keheranan, ku lihat lantai masjid itu terbuat dari batang kayu yang masih  utuh bulat, yang dirangkai tapi tidak rapat. Dalam hati ku 'apa kalau sujud ngak sakit'. Masih dalam pegangan ku, kayu untuk lantai itu ada salah satunya patah, tapi di mana patahanya! entah kenapa dalam hati harus aku yang menemukan patahan itu.

          Nyaring pun aku dengar seseorang sedang membicarakan sesuatu. Aku melihat seorang bapak sedang bicara dengan kiayi dari masjid itu, dengan tegas kiayi itu bilang, Iklaskan saja karena itu sudah digariskan-Nya. tak mengerti dengan apa yang dibicarakan orang-orang itu, aku pun sudah berdiri di tempat yang lain lagi. Aku melihat seorang wanita di culik dua orang laki-laki, dengan sebuah mobil di pinggir jalan. Tapi kena wanita itu sama sekali tidak melawan.

          Dan di tempat lain aku melihat seorang laki-laki dengan seorang wanita sedang bercanda. Melihat laki-laki itu masih memakai baju muslim dengan songkok, begitu juga dengan wanita yang besamanya masih berjilbab, kelihatanya laki-laki itu sangat menyayanginya, tapi entah kenapa aku seolah bisa merasakan kalau laki-laki itu mencintai wanita lain dalam hatinya, tapi kenapa dia lebih memilih wanita yang bersamanya???



                         Aku capek bangun tidur,akupun kesiangan rezeki subuh ku telah hilang
                                                       Astaqfirullah halazim