Minggu, 24 Juni 2012

Syair tanpa Makna


"..Saat semilir angin
..Saat hujan telah reda,
Burung burung kecil berterbangan riang '


Kala sang mentari bangun dari peraduan
Semilir angin
terbawa sampai akhir di jiwa,


Akankah
.. belahan di sana kan merasa
Selembar jiwa tengah merindui nya.. ?!"



"..Embun pun masih menetes membasahi permukaan rumput liar di pinggir jalan,
katak pun berlompatan dari satu batu ke batu yang lainya.
Berdiri ku di tepi lapangan sambil menghirup udara yang masih segar,
begitu indah ciptaan-Nya.
Hanya segelintir orang yang bisa merasakan maknanya pagi,
karna sang Maha Agung hanya menciptakan maknanya untuk hamba yang di kasihi.


             "Seutas senyum terukir tulus dari dasar lubuk hati,
akan kah keindahan ini abadi?
Menjadi teman dalam jiwa-jiwa yang di kasihi.
Masih terasa,
terkadang rasa takut pun hadir mewarnai,
'..takut tidak dapat melihat keindahan pagi lagi,
'..takut tidak bisa mengucap bait-bait do'a sebagai suara hati,
'..takut tidak mampu mengangkat tanggan,
mengaharap ampunan Sang Ilahi Robb.

Tetesan ebun mengalir menganak sungai membasahi keriput kegersangan hati.
Ya Robb.."
berikanlah umur yang bharokah untuk hamba-hambamu ini,
biar telinga kami terus bisa mendengar getar pangilan-Mu,
biar mata batin kami bisa terus merasakan kehadiran-Mu,
kasih sayang dan ampunan-Mu.

Izinkan kami menepatkan nama-Mu
Izinkan kami selalu mengingat-Mu
Izinkalah kami membasuh duka dengan menyebut asma-Mu
Izinkan air mata ini terus mengalir mengharap Ridho-Mu

Tangan-tangan-Mu selalu terbuka seperti halnya siang dan malam
Selalu ada untuk hamba-hamba-Mu
..yang memohon ampunan
tercenung dalam sujud karena takut akan hari pembalasan"









Tidak ada komentar:

Posting Komentar